Thursday, August 11, 2016

Tips Menjadi Ibu Bahagia

Suatu ketika, seorang bapak mengadukan kedurhakaan anaknya kepada Khalifah Umar bin Khathab. Terjadi dialog di antara mereka. ”Tidakkah engkau takut jika engkau durhaka kepada kedua orangtuamu?” tanya Umar. “Wahai Amirul Mukminin, bukankah anak mempunyai hak-hak atas ayahnya?” jawab anak itu. “Hak anak terhadap ayahnya adalah memilihkan ibu untuknya, memberi nama yang baik dan mengajarkan Kitabullah kepadanya,” jawab Umar. Anak itu berkata, ”Demi Allah, dia tidak memilihkan ibu yang baik bagiku. Ibuku tidak lain hanya ibu belian. Ia pun tidak memberi nama yang baik bagiku, bahkan ia menamaiku sebagai kumbang dan tidak mengajarkan Kitabullâh walau seayat”.

Umar menoleh ke arah ayahnya seraya berkata, “Engkau katakan bahwa anakmu durhaka kepadamu? Sesungguhnya, engkau telah durhaka kepadanya sebelum dia durhaka kepadamu. Pergilah dari sini!”

Menarik sekali. Ternyata, untuk melahirkan generasi berkualitas prosesnya sudah dimulai sejak memilih calon ibu. Sesungguhnya, seorang ibu yang berkualitas akan melahirkan anak-anak berkualitas pula. Ibu adalah sekolah pertama dan utama. Dari ibu-lah seorang anak akan tahu makna kasih sayang, baik buruknya adab, halal haramnya sesuatu. Dari sosok ibu pula anak mengetahui tujuan hidupnya serta cara mencapai kesuksesan melalui pendidikan yang dijalaninya. Apabila hal ini disadari seorang lelaki, dia pasti akan memilih pendamping yang memiliki kualifikasi sebagai “sekolah”. Jika statusnya suami, berarti ada pekerjaan untuk menjadikannya istri salehah, mendidik dan membinanya agar menjadi sosok ibu teladan. Dari dialog Umar tersebut, setidaknya ada tiga kriteria untuk menjadi ibu berkualitas, yaitu salehah (baik), mampu berkomunikasi dan berilmu.

*Salehah*

Kesalehan adalah syarat pertama yang harus melekat pada diri seorang ibu. Tanpa kesalehan tidak akan ada kebahagiaan dalam rumahtangga. Seorang ibu yang baik harus memiliki cinta yang penuh, luas kesabarannya serta lembut perasaannya. Ketiga akhlak mulia ini hanya lahir dari kesalehannya. Kesalehan seorang ibu sangat diperlukan untuk meredakan “badai” kerewelan anak, saat mendampingi anak pada masa kritis, juga saat mendidik dan membimbing mereka.

*Mampu Berkomunikasi*

Seorang ibu harus mampu membangun komunikasi sehat dalam keluarga. Maka pastikan, anak-anak tidak mendengar kecuali yang baik-baik saja. Pastikan telinganya tidak mendengar caci maki, umpatan atau celaan. Ciptakan suasana kondusif yang sarat cinta dan kasih sayang. Dengan demikian, dahaga kasih sayang mereka akan terpenuhi seiring baiknya komunikasi dengan orangtua. Efeknya, mereka akan mudah mengungkapkan perasaan atau keadaan jiwanya, entah ketika sedang marah, sakit, kecewa, punya masalah atau tidak.

*Berilmu*

Seorang ibu harus menjadi partner bagi suami dalam mendidik anak-anaknya. Apalagi interaksi antara ibu dengan anak jauh lebih lama dibanding bapaknya, sehingga waktu untuk mendidik anak-anaknya jadi lebih lama. Disinilah pentingnya seorang ibu berpengetahuan. Dengan pengetahuan yang dimilikinya, ia dapat mentransfer ilmu kepada anak-anaknya, mengarahkan dan memenuhi akal serta jiwanya dengan ilmu dan budi pekerti.

Islam sangat menghargai peran ibu sebagai “sekolah” pertama dan utama. Karena itu, yang paling berhak atas bakti anak ada pada ibunya. Seorang sahabat bertanya, ”Ya Rasulullah, siapa yang paling berhak memperoleh pelayanan dan kebaikanku?” Nabi Saw. menjawab, ”Ibumu … ibumu … ibumu, kemudian ayahmu dan kemudian yang lebih dekat kepadamu dan yang lebih dekat kepadamu.” (HR Muttafaq ‘Alaih)

Dengan tiga kriteria tersebut, semoga kita mampu menjadi ibu yang berbahagia. Ibu yang mampu mengantarkan anak cucu kita menjadi generasi unggul. Selamat menjalankan peran sebagai ibu yang penuh cinta, kesabaran serta akhlak mulia.

0 comments:

Post a Comment