Ketika dewasa ia menjadi penyempurna setengah agama suaminya
Ketika tua surga di bawah kakinya
Ketika kecil anak perempuan akan menjadi pengalang neraka bagi orang tuanya
Bahkan bisa mnejadi tetangga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di
surga. Untuk bisa bertetangga dengan beliau disurga tidaklah mudah.
Bertetangga di surga tentu berarti masuk surga yang tertinggi dan
derajat tertinggi dengan beliau di surga. Diperlukan amalan yang banyak
dan ikhlas, sebagaimana contohkisah sahabat yang ingin bertetangga
dengan beliau di surga, tetapi beliau berkata agar sahabat memperbanyak
amalannya, yaitu memperbanyak sujud (shalat).
Dari Rabi’ah bin Ka’ab Al Aslami radhiallahu ‘anhu, ia berkata,
كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ فَقَالَ لِى « سَلْ ». فَقُلْتُ أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِى الْجَنَّةِ. قَالَ « أَوَغَيْرَ ذَلِكَ ». قُلْتُ هُوَ ذَاكَ. قَالَ « فَأَعِنِّى عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ
“Aku pernah bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku mendatangi beliau dengan membawakan air wudhu dan memenuhi hajat beliau. Lantas beliau bersabda, “Mintalah.” Aku berkata, “Aku meminta padamu supaya dapat dekat denganmu di surga (kelak).” Beliau berkata, “Atau ada selain itu?” Aku menjawab, “Itu saja yang aku minta.” Beliau bersabda, “Tolonglah aku dengan engkau memperbanyak sujud.”[1]
Bagi yang sudah dikaruniai dua anak wanita, berbahagialah, karena bisa jadi penghalang api neraka dan bisa menjadi tetangga/dekat dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di surga tertinggi
Beberapa ulama menjelaskan karena:
1. Mendidik agama anak wanita lebih sulit
Maksudnya adalah mendidik ilmu agama dan keteguhan hati. Bukan
maksudnya mendidik ilmu dunia karena kita dapati banyak wanita yang
lebih pintar dari laki-laki dalam berbagai disiplin ilmu.
2. Wanita memang lebih mudah tergoda/silau dengan dunia3. Wanita tidak stabil secara emosi dan memang/”bengkok” dalam hadits
4. Sebagian orang merasa anak laki-laki lebih mudah diandalkan dan lebih banyak keuntungannya
Karenanya jika mendidik anak wanita dengan baik, agama, akhlak dan
ilmunya serta kehormatannya sampai ia menyerahkan tanggung jawab kepada
suaminya, maka balasannya sangat besar sekali sebagaimana dalam hadits
berikut.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ وَضَمَّ أَصَابِعَهُ
“Barangsiapa yang mengayomi dua anak perempuan hingga dewasa maka ia
akan datang pada hari kiamat bersamaku” (Anas bin Malik berkata : Nabi
menggabungkan jari-jari jemari beliau).”[2]
dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, beliau berkata,جَاءَتْنِى مِسْكِينَةٌ تَحْمِلُ ابْنَتَيْنِ لَهَا فَأَطْعَمْتُهَا ثَلاَثَ تَمَرَاتٍ فَأَعْطَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا تَمْرَةً وَرَفَعَتْ إِلَى فِيهَا تَمْرَةً لِتَأْكُلَهَا فَاسْتَطْعَمَتْهَا ابْنَتَاهَا فَشَقَّتِ التَّمْرَةَ الَّتِى كَانَتْ تُرِيدُ أَنْ تَأْكُلَهَا بَيْنَهُمَا فَأَعْجَبَنِى شَأْنُهَا فَذَكَرْتُ الَّذِى صَنَعَتْ لِرَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَوْجَبَ لَهَا بِهَا الْجَنَّةَ أَوْ أَعْتَقَهَا بِهَا مِنَ النَّارِ
“Seorang wanita miskin datang kepadaku dengan membawa dua anak perempuannya,
lalu aku memberinya tiga buah kurma. Kemudian dia memberi untuk anaknya
masing-masing satu buah kurma, dan satu kurma hendak dia masukkan ke
mulutnya untuk dimakan sendiri. Namun kedua anaknya meminta kurma
tersebut. Maka si ibu pun membagi dua kurma yang semula hendak dia makan
untuk diberikan kepada kedua anaknya. Peristiwa itu membuatku takjub
sehingga aku ceritakan perbuatan wanita tadi kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, Sesungguhnya Allah telah menetapkan baginya surga dan membebaskannya dari neraka”.[3]
Ketika dewasa ia menjadi penyempurna setengah agama suaminya
Sebagaimana Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِذَا تَزَوَّجَ العَبْدُ فَقَدْ كَمَّلَ نَصْفَ الدِّيْنِ ، فَلْيَتَّقِ اللهَ فِي النِّصْفِ البَاقِي
“Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.”[4]
Maksud menyempurnakan agama adalah telah lebih terlindungi dari fitnah ujian syahwat dan zina, karena ia sudah menyalurkannya kepada yang halal, seorang wanita yang ia cintai yaitu istrinya.
Al-Qurthubi menjelaskan maksud hadits,
“Siapa yang menikah berarti telah menyempurnakan setengah agamanya.
Karena itu bertaqwalah kepada Allah untuk setengah yang kedua.” Makna
hadis ini bahwa nikah akan melindungi orang dari zina. Sementara menjaga
kehormatan dari zina termasuk salah satu yang mendapat jaminan dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan surga. Beliau
mengatakan, ‘Siapa yang dilindungi Allah dari dua bahaya, maka Allah
akan memasukkannya ke dalam surga, yaitu dilindungi dari dampak buruk
mulutnya dan kemaluannnya.’[5]
Ketika tua surga di bawah kakinya
Ibu sangat dimuliakan dalam Islam, didahulukan tiga kali daripada
bapak. Karena Ibu dengan pengorbanan dan kasih sayangnya tidak akan
pernah bisa tergantikan. Seorang ibu mampu merawat sepuluh anak, akan
tetapi sepuluh anak belum tentu mampu merawat seorang ibu. Karenanya
berbakti kepada orang tua khususnya merupakan pintu surga terbaik.
Bahkan surga di bawah telapak kaki ibu.
Kaum muslimin yang kami cintai karena Allah, perlu diketahui bahwa
hadits terkenal yang beredar mengenai “surga di bawah telapak kaki Ibu”
haditsnya adalah hadits dhaif/lemah, akan tetapi ada hadits lainnya yang
lebih baik derajatnya yang menjelaskan hal yang sama, yaitu surga di
bawah telapak kaki ibu.
اَلْجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ الأُمَّهَاتِ، مَنْ شِئْنَ أَدْخَلْنَ وَ مَنْ شِئْنَ أَخْرَجْنَ
“Surga itu di bawah telapak kaki ibu, siapa yang ia kehendaki maka
akan dimasukkan dan siapa yang ia ingini maka akan dikeluarkan.”
(Silsilah al-Ahadits adh-Dha’ifah, no. 593)
Kemudian kita jelaskan bahwa hadits dengan lafazh di atas adalah palsu. Dan ada juga yang lemah. (lihat: Dha’if al-Jami’ ash-Shaghir, no. 2666)
Hadits dengan sanad hasan dan makna sama yaitu,عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ جَاهِمَةَ السَّلَمِيِّ أَنَّ جَاهِمَةَ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَدْتُ أَنْ أَغْزُوَ، وَقَدْ جِئْتُ أَسْتَشِيْرُكَ. فَقَالَ: هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَالْزَمْهَا، فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا
Dari Mu’wiyah bin Jahimah as-Salami bahwasanya Jahimah pernah datang
menemui Nabi lalu berkata: Wahai Rasulullah, aku ingin pergi jihad, dan
sungguh aku datang kepadamu untuk meminta pendapatmu. Beliau berkata:
“Apakah engkau masih mempunyai ibu?” Ia menjawab: Ya, masih. Beliau
bersabda: “Hendaklah engkau tetap berbakti kepadanya, karena
sesungguhnya surga itu di bawah kedua kakinya.”
Syaikh al-Albani berkomentar: “Diriwayatkan oleh an-Nasa`i, jilid 2, hlm. 54, dan yang lainnya seperti ath-Thabrani jilid 1, hlm. 225, no. 2. Sanadnya Hasan insyaAllah. Dan telah dishahihkan oleh al-Hakim, jilid 4, hlm. 151, dan disetujui oleh adz-Dzahabi dan juga oleh al-Mundziri, jilid 3, hlm. 214.” (as-Silsilah adh-Dha’ifah wa al-Maudhu’ah, pada penjelasan hadits no. 593)
0 comments:
Post a Comment